Seminggu sekali sepulang kerja biasanya aku ikut pengajian rutin sampai menjelang maghrib. waktu itu kita masih membahas bab nikah, dan seperti biasanya sebelum pengajian itu dimulai, guru kita membaca doa, setelah itu pengajian dimulai dengan membaca hadist riwayat Tarmidji, yg kemudian beliau membacanya
“Ada 3 golongan yg pantas ditolong oleh Allah yaitu :
- Pejuang pada jalan Allah terutama jihad melawan kafir
- Budak yg membebaskan dirinya sendiri
- Pernikahan yg bertujuan untuk menjaga kehormatan dirinya
“Dunia ini laksana perhiasan dan sebaik2 perhiasan adalah istri yg sholeha yaitu istri yg selalu menjaga dirinya dan harta suaminya. Bagi seorang mukmin sesudah bertaqwa pada Allah, tidak ada lagi yg terbaik selain dari pada istri yg sholeha, yaitu apabila disuruh suaminya dia taat, dan bila suami melihatnya akan menyenangkan hatinya.”
Setelah membaca hadist itu, seperti biasanya guru kita itu langsung bicara dan membahas apa yg sudah dibacanya.
“Lihat, nikmatnya punya istri yg sholeha” kata guruku sambil tersenyum dan kita semua masih duduk mendengarkan.
“Harusnya yg berada di pengajian ini adalah para laki2, jadi sia2 enggak ya..kita membahas ini..?” kata beliau.
“Enggaklah pak, itu masih ada pak zein yg ikut pengajian ini”kataku iseng nyeletuk.
“Hehe, iya ya, hanya pak zein sendiri ya?” sadar guruku sambil tersenyum ke arah satu2nya pria yg ada di majelis itu. yg akhirnya beliau bicara lagi.
“Istrimu itu adalah ladang bagimu, maka datangilah dari arah manapun engkau mau.” lanjut beliau sambil tersenyum2 ke arah pak zein sambil menganggukkan kepalanya.
“Pak, kalau kita jima sama istri, itu sedekah ya pak..?” tanya pak zein pada beliau.
“Oh iya..bila kita berhubungan pada istri maka itu adalah ibadah dan menjadi sedekah” terang guruku.
“Hehehe, bapak jangan bilang gitu dong pak? Kesenengan pak zein tuh. Nanti sedekahnya gituan doang dong” celetukku seperti biasanya dan membuat majelis sedikit ramai karena tawa.
“Coba bayangkan, bila kita mempunyai istri yg sholeha. Bersedia bangun malam untuk sholat tahajud sama-sama, apalagi bila istri yg membangunkan suami untuk bangun malam, nikmat ya, punya istri seperti itu?” senyum guruku dan masih berlanjut.
“Dan istri yang sholeha pada saat ngebangunin suaminya dan ternyata suaminya marah, pada saat dibangunkan, sang istri itu biasanya sabar dan patuh pada suaminya walau dimarahin?”
“Pak, ngebangunin suami, disiram air aja ya pak, kalau enggak mau bangun” Celetuk seorang teman wanitaku yg disambut tawa yg lainnya.
“Boleh dengan memercikan air ke wajah suami/istri atau mengusap mukanya dengan air” jawab guruku sambil tersenyum.
“Kalau marah gimana pak?” celetuh yg lainnya lagi.
“Iya enggak apa-apa kan, sholat sendiri saja, dan kita masih dapat pahala ngebangunin sholat” kata guruku sambil tersenyum.
“Pak, kalau habis ambil wudhu, bangunin suaminya di cium aja, batal enggak pak?” celetukku disertai tawa.
“Hehehe, iya, di cium aja, gak batal wudhunya? toh Rasulullah pernah mencium Aisyah setelah berwudhu, dan itu lebih baik, karena enggak mungkin suami marah pada saat dibangunkan dengan ciuman, kecuali suaminya “sakit” jawab guruku sambil tertawa.
“Yeee…kalau dicium mah..bisa-bisa enggak jadi sholat pak..? tar..malah sedekah gituan lagi dong..?”Celetuk salah seorang temanku lagi yg disambut tertawa oleh semua murid dan sang guru hanya tersenyum2 sambil mengangguk-anggukan kepalanya menyaksikan para murid yg selalu iseng bercanda dalam belajar.
***
Oleh: Hana
No comments:
Post a Comment