Monday, March 14, 2011

pengakuan Hamba (2)

“Tuhanku, aku faqir dalam kayaku; bagaimana lagi dalam faqirku!” “Tuhanku, aku bodoh dalam pengetahuanku; bagaimana lagi dalam bodohku!”

“Tuhanku, keragaman pengaturanmu dan kecepatan taqdirmu telah menghalangi para hambamu yang arif untuk merasa tenang dalam pemberian dan putus asa darimu dalam ujian.”

“Tuhanku, segala yang datang dariku sesuai dengan kehinaanku, segala yang datang darimu sesuai dengan kemuliaanmu

“Tuhanku, engkau telah menetapkan bagimu sifat kasih kepadaku sejak sebelum kelemahanku mewujud. Maka, apakah engkau akan menghalangiku dari sifatmu itu setelah kelemahanku mewujud.”

“Tuhanku, keluarkan aku dari hinanya diri! Sucikan aku dari keraguan dan syirik sebelum masuk liang kubur! Kepadamu aku meminta pertolongan.
Maka, tolonglah aku! Kepadamu aku bersandar maka jangan tinggalkan diriku! Di pintu mu aku bersimpuh maka jangan kau usir aku! Kepadamu aku meminta maka jangan kau kecewakan diriku! Serta karuniamu yang kuinginkan maka jangan kau haramkan aku darinya!”
“Tuhanku, segala kebaikan diriku adalah berkat anugerahMU, Engkau berhak memberi kepadaku. Dan segala keburukan diriku semata-mata karena keadi¬lan-MU, Engkau berhak menuntutku.” “Tuhanku, bagaimana mungkin Kaubiarkan aku mengurusi diriku sementara Engkau telah menjaminku?
Bagaimana mungkin aku akan dizalimi sementara Engkaulah penolongku? Bagaimana mungkin aku kecewa sementara Engkau mengasihiku? Inilah diriku yang mendekat kepada-Mu melalui rasa butuhku kepadaMu.


Bagaimana mungkin aku akan mendekat kepadaMu dengan sesuatu yang tidak mungkin sampai kepada-Mu?
Bagaimana aku akan mengeluhkan keadaanku kepada-Mu sementara Engkau mengetahui¬nya?
Dan bagaimana aku akan menerjemahkannya lewat kata-kata sementara semua itu berasal dal-Mu dan kembali kepada-Mu? Bagaimana mungkin aku memutuskan harapan sementara ia telah sampai kepada-Mu?
Bagaimana mungkin keadaanku tidak menjadi baik sementara ia berasal dari-Mu dan kem¬bali kepada-Mu?”
“Tuhanku, betapa Engkau sangat mengasihiku padahal aku begitu dungu. Betapa Engkau menyayangiku padahal begitu buruk perbuatanku.” “Tuhanku„ betapa Engkau sangat dekat kepada-Ku dan betapa aku sangat jauh dari-Mu.”

“Tuhanku, Engkau sangat mengasihiku. jadi, apakah yang menghijabiku dari-Mu.”

“Tuhanku„ lewat perubahan keadaan dan pergantian masa aku menyadari bahwa Engkau hendak memperkenalkan kepadaku dalam segala sesuatu sehingga aku tidak lalai dari-Mu dalam setiap waktu.

“Tuhanku, ketika dosa-dosa membuatku bisu, kemurahan-Mu membuatku kembali berbicara.
Setiap kali perangaiku membuatku putus asa, karunia-Mu membuatku kembali berharap.” “Tuhanku, siapa yang kebaikannya berupa keburukan,bagaimana lagi keburukannya? Dan siapa yang kebenarannya sekadar pengakuan, tentu pengakuannya hanya kepalsuan.”
“Tuhanku.. keputusan-Mu yang pasti berlaku dan kehendak-Mu yang tak tertolak membuat kelu mereka yang pandai bicara dan membuat ringkih mereka yang tampak berlebih.”

“Tuhanku, betapa banyak ketaatan yang kulakukan dan keadaan yang telah kuperbaiki, tiba-tiba harapanku kepadanya dihancurkan oleh keadilan-Mu. Namun„ karunia-Mu kemudian membebaskanku darinya.” 

"Tuhanku, Engkau mengetahui bahwa meskipun aku tidak terus melakukan ketaatan, namun aku tetap berniat dan mencintai ketaatan,” 


“Tuhanku„ bagaimana aku akan bertekad sementara Engkaulah yang menentukan? Tetapi, bagaimana aku tidak akan bertekad sementara Engkau yang memberi perintah?”

“Tuhanku, hilir mudikku di alam benda ini menjauhkan perjalanan. Maka, dekatkanlah aku kepada-Mu lewat pengabdian yang mengantarkanku kepada-Mu.”

“Tuhanku, bagaimana mungkin sesuatu yang bergantung kepada-Mu dijadikan petunjuk kepada-Mu? Adakah yang lebih terang dari-Mu sehingga dapat dijadikan petunjuk kepada-Mu? Kapankah Engkau tersembunyi sehingga dibutuhkan dalil yang menunjukkan keberadaan-Mu?
Dan kapankah Engkau jauh sehingga alam ini dianggap bisa mengantarkan kepada-Mu?” 

"Tuhanku, sungguh telah buta mata yang tidak mampu melihat-Mu sebagai Zat yang dekat dan mengawasi. Dan sungguh merugi hamba yang tidak menyertakan cinta kepada-Mu.“

“Tuhanku„ Engkau menyuruhku kembali ke alam ini. Maka, kembalikan aku kepadanya diiputi selubung cahaya dan petunjuk mata hati sehingga aku bisa kembali kepada-Mu dari alam ini seperti ketika aku masuk kepada-Mu darinya dengan jiwa yang terpelihara dari mencintainya dan enggan bersandar kepadanya. Engkau Mahakuasa atas segala sesuatu.

“Tuhanku„ inilah kehinaanku tampak jelas di hadapan¬Mu, Inilah diriku yang tidak tersembunyi dari-Mu.

"Kepada-Mu aku memohon untuk sampai kepada-Mu dan dengan-Mu aku meminta petunjuk menuju-Mu. Tuntunlah aku menuju-Mu lewat cahaya-Mu.
Tempatkanlah aku di hadapan-Mu lewat pengabdian yang Engkau, ajarkan kepadaku dari samudera ilmu-Mu yang terjaga! Lindungi aku dengan rahasia nama-Mu yang terpelihara!”

“Tuhanku, wujudkan aku dalam hakikat orang-orang yang dekat kepada-Mu dan masukkan aku ke jalan orang yang ditarik menuju-Mu.”

“Tuhanku, cukupkan aku dengan pengaturan-Mu, bukan pengaturanku sendiri, dengan pilihan-Mu,bukan pilihanku sendiri. Tempatkan aku di tempat yang aku merasa sangat membutuhkan-Mu..”

“Tuhanku, keluarkan aku dari hinanya diri! Sucikan aku dan keraguan dan syirik sebelum masuk liang kubur! Kepada-Mu aku meminta pertolongan. Maka, tolonglah aku! Kepada-Mu aku bersandar maka jangan tinggalkan diriku! Kepada-Mu aku mengaitkan diri maka jangan jauhkan diriku! Di pintu-Mu aku bersimpuh maka jangan Kauusir aku! Kepada-Mu aku meminta maka jangan kecewakan diriku! Serta karunia-Mu yang kuinginkan maka jangan Kau haramkan aku darinya!”

“Tuhanku, ridho-Mu sama sekali tak tergantung pada sebab dari-Mu. Maka bagaimana mungkin ridho-Mu bergantung kepada sebab dariku? Engkau mahacukup dengan zat-Mu sehingga tidak membutuhkan manfaat dari-Mu. jadi, bagaimana mungkin Engkau membu¬tuhkan sesuatu dariku?”

“Tuhanku, ketentuan dan ketetapan-Mu telah mengalahkanku. Namun hasrat terhadap ikatan syahwat telah menawanku. Karena itu, jadilah penolong yang menolongku dan menolong yang lain lewat diriku. Cukupkan aku dengan kemurahan-Mu sehingga aku tak perlu lagi meminta
Engkaulah yang menerbitkan cahaya di dalam hati para wali-Mu sehingga mereka mengenal dan mengesakan-Mu.


Engkaulah yang menghilang-kan kotoran dunia dari hati para kekasih-Mu sehingga mereka tidak mencintai selainMu dan hanya bersandar kepada-MU. Engkaulah penenteram hati mereka ketika dunia merisaukan rnereka.
Engkaulah yang memberi petunjuk kepada mereka sehingga semua tanda menjadi terang. Adakah yang tersisa bagi mereka yang kehilangan¬Mu? Adakah yang hilang dari mereka yang menemu¬kan-Mu? Sungguh malang orang yang ridho dengan selain-Mu dan sungguh rugi orang yang ingin beranjak dari-Mu.”
“Tuhanku„ bagaimana mungkin aku berharap kepada selainmu sementara Engkau tidak pernah berhenti melimpahkan kebaikan? Bagaimana mungkin aku meminta kepada selain-Mu sementara Engkau senantiasa memberi anugerah?
wahai Zat yang mencicipkan manisnya munajat kepada para kekasih-Nya sehingga mereka bersimpuh mesra di hadapan-Nya.
wahai Zat yang memakaikan baju keagungan-Nya kepada para wali-Nya sehingga mereka bangga dengan kemuliaan-Nya.
Engkau-lah Zat yang ingat sebelum mereka ingat.
Engkau yang telah berbuat baik sebelum mereka mengabdi.
Engkaulah yang dermawan, yang memberi sebelum mereka meminta.
Engkaulah maha pemberi dan kemudian Kau pinjam pemberian tali (untuk dibayar berlipat ganda).”
“Tuhanku„ panggillah diriku dengan rahmat-Mu se¬hingga aku sampai kepada-Mu. Tarik aku lewat anugerah-Mu sehingga aku mendatangi-Mu,”

“Tuhanku„ dunia telah menyeretku kepada-Mu dan pengetahuanku akan kemurahan-Mu membuatku berdiri di hada- pan-Mu.”

“Tuhanku„ bagaimana aku kecewa sementara Engkaulah harapanku? Bagaimana aku terhina sementara Engkaulah sandaranku?”

“Tuhanku„ bagaimana aku merasa mulia sementara Kaucampakkan aku dalam kehinaan? Tetapi bagaimana aku tidak merasa mulia sementara kepada-Mu Kaukaitkan diriku?”

“Tuhanku„ bagaimana aku tidak merasa fakir sementara Engkaulah yang menempatkanku dalam kefakiran? Namun, bagaimana aku merasa fakir sementara Engkau mencukupiku dengan kemurahan-Mu? Hanya Engkau, dan tiada Tuhan selain-Mu.
Engkau telah memperkenalkan diri kepada segala sesuatu sehingga tidak ada yang tidak mengenal-Mu. 
Engkau memperkenalkanku kepada segala sesuatu sehingga aku melihat-Mu dalam segala sesuatu.
Engkaulah yang tampak bagi segala sesuatu. Zat yang dengan Rahmannya-Nya bersemayam di atas Arasy sehingga Arasy lenyap dalam naungan Rahman-Nya sebagai¬mana dunia ini lenyap dalam Arasy-Nya. Kaumus¬nahkan alam dengan alam dan Kaulenyapkan dunia dengan kepungan cakrawala cahaya.
wahai Zat yang tersembunyi di balik pagar kemuliaan-Nya sehingga tidak terjangkau pandangan mata. Zat yang menjelma lewat sempurna keagungan-Nya sehingga tampak jelas keagungan-Nya. Bagaimana mungkin Engkau tersembunyi padahal Engkau Maha-tampak? Bagaimana mungkin Engkau gaib padahal Engkaulah Pengawas Yang Mahahadir?”

No comments:

Post a Comment