Keutamaan Tafakur
Oleh : Sigit Indrijono
Allah SWT telah memberikan karunia kepada manusia berupa akal. Dalam Alquran, orang-orang yang berakal disebut ulil albab, yaitu orang yang mempergunakan akalnya untuk melakukan tafakur. Tafakur berasal dari akar kata fikr yang berarti memikirkan.
”Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal, (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata), ”Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Mahasuci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka.” (QS Ali Imran [3]: 190-191).
Ayat di atas menerangkan bahwa tafakur yang dikehendaki oleh Allah SWT adalah tafakur yang dibarengi dengan dzikir kepada-Nya. Sayid Quthb dalam Tafsir Fi Zhilalilquran menerangkan bahwa ulil albab adalah orang-orang yang memiliki pemikiran dan pemahaman yang benar. Mereka membuka pikirannya untuk menerima tanda-tanda kebesaran Allah SWT.
Beberapa ayat Alquran diakhiri penegasan untuk bertafakur, seperti, ”Supaya kamu berpikir,” (QS Albaqarah [2]: 219); ”Tanda-tanda bagi kaum yang berpikir,” (QS Arrum [30]: 21); ”Apakah kamu tidak memikirkan,” (QS Ashshaafaat [37]: 138), ”Tanda-tanda kekuasaan Allah bagi kaum yang berpikir,” (QS Azzumar [39]: 42).
Objek tafakur tidak terbatas jumlahnya. Mulai dari penciptaan diri kita sendiri, penciptaan berbagai makhluk hidup di muka bumi, tatanan alam semesta yang menakjubkan, aneka peristiwa yang terjadi, sejarah masa lalu, serta hal-hal yang gaib hingga kehidupan akhirat. Dengan tafakur, kita bisa menghayati secara lebih mendalam tentang kebesaran maupun kekuasaan Allah SWT.
Fenomena alam, seperti turunnya hujan, pergantian siang dan malam, atau pergerakan angin, sering dianggap sebagai rutinitas. Padahal, jika rutinitas tersebut ditafakuri secara mendalam, akan terbukalah hijab kebesaran-Nya. Kejadian yang tiba-tiba seperti gempa bumi ataupun gunung meletus, secara seketika akan membuat kita bertafakur. Kita menyadari betapa lemah dan kecilnya serta tidak berdayanya kita di hadapan keagungan, kebesaran, dan kekuasaan Allah SWT.
Bekal potensi tafakur yang melekat sesuai sunatullah adalah suatu karunia yang akan memberikan kesadaran yang hakiki untuk memosisikan diri sebagai hamba yang dikehendaki-Nya. Sehingga, akan diperoleh perasaan selalu dekat dengan-Nya dan meningkatkan takwa kepada-Nya.
***
Sumber: Republika.co.id