Monday, March 28, 2011

Orang Yang Beriman Selalu Menepati Ucapannya


Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Orang Yang Beriman Selalu Menepati Ucapannya
Suatu hari, pada masa pemerintahan Khalifah Umar, ketika Umar sedang duduk-duduk dengan para sahabatnya, tiga pemuda bangsawan yang tampan memasuki majelisnya. Dua orang di antaranya berkata, “Kami berdua bersaudara. Ketika ayah kami sedang bekerja di ladangnya, dia dibunuh oleh pemuda ini, yang sekarang kami bawa kepada tuan untuk diadili. Hukumlah dia sesuai dengan Kitabullah.” Khalifah Umar menatap orang yang ketiga dan memintanya untuk berbicara.
“Walaupun di sana tidak ada saksi sama sekali, Allah, Yang selalu Hadir, mengetahui bahwa mereka berdua berkata yang sebenar-benarnya,” kata si tertuduh itu. “Aku sangat menyesal ayah mereka terbunuh di tanganku. Aku orang dusun. Aku tiba di Madinah tadi pagi untuk berziarah ke makam Rasullulah saw. Di pinggir kota, aku turun dari kudaku untuk menyucikan diri dan berwudhu. Kudaku mulai memakan ranting-ranting pohon kurma yang bergelantungan melewati tembok. Segera setelah aku melihatnya, aku menarik kuda menjahui ranting-ranting tersebut. Pada saat itu juga, seorang laki-laki tua yang sedang marah mendekatiku dengan membawa sebuah batu yang besar. Dia melemparkan batu itu ke kepala kidaku, dan kudaku langsung mati. Karena itu aku sangat menyayangi kuda itu, aku kehilangan kendali diri. Aku mengambil batu itu dan melemparkannya kembali ke orang tersebut. Dia roboh dan meninggal. Jika aku ingin melarikan diri, aku dapat saja melakukannya, tetapi kemana? Jika aku tidak mendapatkan hukuman di sini, di dunia ini, aku pasti akan mendapatkan hukuman yang abadi di akhirat nanti. Aku tidak bermaksud membunuh orang itu, tetapi kenyataannya dia mati di tanganku. Sekarang tuanlah yang berhak mengadili aku.”
Khalifah berkata, “Engkau telah melakukan membunuh. Menurut hukum Islam, engkau harus menerima hukuman yang setimpal dengan apa yang telah engkau lakukan.” Walaupun pernyataan itu berati satu pengumuman kematian, pemuda itu tetap bersabar; dan dengan tenang dia berkata, “Kalau begitu, laksanakanlah. Namun, aku menanggung satu tanggung jawab untuk menyimpan harta kekayaan anak yatim yang harus aku serahkan kepadanya bila ia telah cukup umur. Aku menyimpan harta tersebut di dalam tanah agar aman. Tak ada seorangpun yang tahu letaknya kecuali aku. Sekarang aku harus menggalinya dan menyerahkan harta tersebut kepada pengawasan orang lain. Kalau tidak, anak yatim itu akan kehilangan haknya. Beri aku tiga hari untuk pergi ke desaku dan menyelesaikan masalah ini.”
Umar menjawab, “Permintaanmu tidak dapat dipenuhi kecuali ada orang lain yang bersedia menggantikanmu dan menjadi jaminan untuk nyawamu.”
“Wahai Amirul Mukminin,” kata pemuda tersebut, “Aku dapat melarikan diri sebelumnya jika aku mau. hatiku sarat dengan rasa takut kepada Allah; yakinlah bahwa aku akan kembali.” Khalifah menolak permintaan itu atas dasar hukum. Pemuda itu memandang kepada para pengikut Rasullulah saw, yang mulia yang berkerumun di sekeliling khalifah. Dengan memilih secara acak, ia menunjuk Abu Dzar Al-Ghifari dan berkata, “Orang ini akan menjadi jaminan bagiku.” Abu Dzar adalah salah satu saeorang sahabat Rasulullah saw, yang paling dicintai dan disegani. Tanpa keraguan sedikit pun, Abu Dzar setuju untuk menggantikan pemuda itu. Si tertuduh pun dibebaskan untuk sementara waktu.
Pada hari ketiga, kedua penggugat itu kembali ke sidang khalifah. Abu Dzar ada di sana, tetapi tertuduh itu tidak ada. Kedua penuduh itu berkata: “Wahai Abu Dzar, anda bersedia menjadi jaminan bagi seseorang yang tidak anda kenal. Seandainya dia tidak kembali, kami tidal akan pergi tanpa menerima pengganti darah ayah kami.”
Khalifah berkata: “Sungguh, bila pemuda itu tidak kembali, kita harus melaksanakan hukuman itu kepada Abu Dzar.” Mendengar kata-kata tersebut, setiap orang yang hadir di sana mulai menangis, karena Abu Dzar, orang yang berakhlak sempurna dan bertingkah laku sangat terpuji, merupakan cahaya dan inpirasi bagi semua penduduk Madinah.
Ketika hari ketiga itu mulai berakhir, kegemparan, kesedihan dan kekaguman orang-orang mencapai puncaknya. Tiba-tiba pemuda itu muncul. Dia datang dengan berlari dan dalam keadaan penat, berdebu dan berkeringat. “Aku mohon maaf karena telah membuat Anda khawatir,” dia berkata terengah-engah, “Maafkan aku karena baru tiba pada menit terakhir. Terlalu banyak yang harus aku kerjakan. Padang pasir sangatlah panas dan perjalanan ini teramat panjang. Sekarang aku telah siap, laksanakanlah hukumanku.” Kemudian dia berpaling kepada kerumunan massa dan berkata, “Orang yang beriman selalu menepati ucapannya. Orang yang tidak dapat menepati kata-katanya sendiri adalah orang munafik. Siapakah yang dapat melarikan diri dari kematian, yang pasti akan datang cepat atau lambat? Apakah saudara-saudara berpikir bahwa aku akan menghilang dan membuat orang-orang berkata, “Orang-orang Islam tidak kagi menepati ucapannya sendiri?”
Kerumunan massa itu kemudian berpaking kepada Abu Dzr dan bertanya apakah ia sudah mengetahui sifat yang terpuji dari pemuda tersebut. Abu Dzar menjawab, “Tidak, sama sekali. Tetapi, saya tidak merasa mampu untuk menolaknya ketika dia memilih saya, karena hal itu sesuai dengan asas-asas kemuliaan. Haruskah saya menjadi orang yang membuat rakyat berkata bahwa tak ada lagi perasaan haru dan kasih sayang yang tersisa dalam Islam?” Hati dan perasaan kedua penuduh itu tersentuh dan bergetar. Mereka lalu menarik tuduhannya, seraya berkata, “Apakah kami harus menjadi orang yang membuat rakyat berkata bahwa tiada lagi rasa belas kasihan di dalam Islam?” s
Oleh: Sumarah Wahyudi, sumber buku FUTUWWAH.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Monday, March 21, 2011

Berkata Baik Atau Diam


Berkata Baik atau Diam
Dalam kehidupan bermasyarakat, seorang Muslim memiliki keistimewaan yang menjadi ciri khasnya, yaitu adanya sifat kasih sayang dan persaudaraan. Kasih sayang harus senantiasa menghiasi diri mereka. Persaudaraan ini jelas seperti yang difirmankan Allah SWT, ”Sesungguhnya orang-orang mukmin adalah bersaudara, karena itu, damaikanlah antara kedua saudaramu dan bertakwalah kepada Allah supaya kamu mendapat rahmat.” (Qs Al Hujurat [49]: 10).
Allah SWT telah mengharamkan atas kaum mukminin untuk melakukan sesuatu yang dapat menimbulkan permusuhan dan kebencian di antara mereka. Jangankan bertikai, mendekati perbuatan yang menyebabkan pertikaian dan kebencian pun dilarang (lihat QS Al-Maidah [5]: 91). Salah satu langkah menghindari permusuhan adalah dengan menjaga perkataannya. Kadangkala, perbincangan yang halal dapat berubah menjadi perbincangan yang makruh dan bahkan menjadi perbincangan yang haram, karena lidahnya tidak dijaga.
Dalam hadis yang telah disepakati keshahihannya ini disebutkan tidak layak seseorang berbicara kecuali jika kata-katanya itu mengandung kebaikan. Jika seseorang ragu tentang ada atau tidaknya kebaikan pada apa yang akan diucapkannya, maka hendaklah ia tidak berbicara. ”Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari Akhir, hendaklah ia berkata-kata yang baik atau diam.” (HR Bukhari dan Muslim).
Bahaya lisan itu sangat banyak. Lidah yang tidak terjaga, memang sangat berbahaya. Suatu perkataan yang semula dimaksudkan bercanda, bisa jadi menyakiti perasaan lawan bicara kita. Apalagi, bila terang-terangan bermaksud menyinggung dan menyakitinya. Rasulullah SAW dalam hadisnya mengingatkan, ”Bukankah manusia terjerumus ke dalam neraka karena tidak dapat mengendalikan lidahnya.” (HR Timridzi).
Pemikir besar Islam di masa lampau, Imam Syafi’i, mempunyai kiat agar lidah selalu terjaga. ”Jika seseorang akan berbicara hendaklah ia berpikir sebelum berbicara. Bila yang akan diucapkannya itu mengandung kebaikan maka ucapkanlah, namun jika ia ragu (tentang ada atau tidaknya kebaikan pada apa yang akan ia ucapkan) hendaklah tidak berbicara hingga yakin bahwa apa yang akan diucapkan itu mengandung kebaikan.”
Yang terpenting dari semua itu adalah mengendalikan gerak-gerik seluruh anggota badannya karena kelak dia akan dimintai tanggung jawab. ”Sesungguhnya pendengaran, penglihatan, dan hati, semuanya kelak pasti akan dimintai tanggung jawabnya.” (QS Al Isra’ [17]: 36).
Wallahu a’lam bish-shawab.

Sunday, March 20, 2011

62 Kata Hikmah Untuk Renenungan Bersama

1. Jangan sekali-kali kita meremehkan sesuatu perbuatan baik walaupun hanya sekadar senyuman.

2. Dunia ini umpama lautan yg luas. Kita adalah kapal yang belayar di lautan telah ramai kapal karam 
didalamnya.. andai muatan kita adalah iman, dan layarnya takwa, nescaya kita akan selamat dari tersesat di lautan hidup ini.

3. Hidup tak selalunya indah tapi yang indah itu tetap hidup dalam kenangan.

4. Setiap yang kita lakukan biarlah jujur kerana kejujuran itu telalu penting dalam sebuah kehidupan. Tanpa kejujuran hidup sentiasa menjadi mainan orang.

5. Hati yg terluka umpama besi bengkok walau diketuk sukar kembali kepada bentuk asalnya.

6. Dalam kerendahan hati ada ketinggian budi. Dalam kemiskinan harta ada kekayaan jiwa. Dalam kesempitan hidup ada kekuasaan ilmu.

7. Ikhlaslah menjadi diri sendiri agar hidup penuh dengan ketenangan dan keamanan. Hidup tanpa pegangan ibarat buih-buih sabun. Bila-bila masa ia akan pecah.

8. Kegagalan dalam kemuliaan lebih baik daripada kejayaan dalam kehinaan. Memberi sedikit dengan ikhlas pula lebih mulia dari memberi dengan banyak tapi diiringi dengan riak.

9. Tidak ada insan suci yang tidak mempunyai masa lampau dan tidak ada insan yang berdosa yang tidak mempunyai masa depan.

10. Kata-kata yang lembut dapat melembutkan hati yang lebih keras dari batu. Tetapi kata-kata yang kasar dapat mengasarkan hati yang lunak seperti sutera.

11. Lidah yang panjangnya tiga inci boleh membunuh manusia yang tingginya enam kaki.

12. Agama tidak pernah mengecewakan manusia. Tetapi manusia yang selalu mengecewakan agama.

13. Nafsu mengatakan perempuan itu cantik atas dasar rupanya. Akal mengatakan perempuan itu cantik atas dasar ilmu dan kepintarannya. Dan hati mengatakan perempuan itu cantik atas dasar akhlaknya.

14. Keikhlasan itu umpama seekor semut hitam di atas batu yang hitam di malam yang amat kelam. Ianya wujud tapi amat sukar dilihat.

15. Hidup memerlukan pengorbananan. Pengorbanan memerlukan perjuangan. Perjuangan memerlukan ketabahan. Ketabahan memerlukan keyakinan. Keyakinan pula menentukan kejayaan. Kejayaan pula akan menentukan
kebahagiaan.



16. Seseorang yang bijak melahirkan kata-kata selalunya disanjung sehingga ia mula bercakap kosong.

17. Harta akan habis digunakan tanpa ilmu tetapi sebaliknya ilmu akan berkembang jika ianya digunakan.

18. Kekayaan bukanlah satu dosa dan kecantikan bukanlah satu kesalahan. Oleh itu jika anda memiliki kedua-duanya janganlah anda lupa pada Yang Maha Berkuasa.

19. Sahabat yang tidak jujur ibarat dapur yang berhampiran. Jikalau pun kamu tidak terkena jelaganya sudah pasti akan terkena asapnya.

20. Mengapa manusia gemar mencetuskan perselingkuhan sedangkan manusia itu sendiri dilahirkan dari sebuah kemesraan.

21. Kita sentiasa muda untuk melakukan dosa tetapi tidak pernah tua untuk bertaubat.

22. Gantungkan azam dan semangatmu setinggi bintang di langit dan rendahkan hatimu serendah mutiara di lautan.

23. Setiap mata yang tertutup belum bererti ia tidur. Setiap mata terbuka belum bererti ia melihat.

24. Jadikan dirimu bagai pohon yang rendang di mana insan dapat berteduh. Jangan seperti pohon kering tempat sang pungguk melepas rindu dan hanya layak dibuat kayu api.

25. Menulis sepuluh jilid buku mengenai falsafah lebih mudah daripada melaksanakan sepotong pesanan.

26. Jangan menghina barang yang kecil kerana jarum yang kecil itu kadang-kadang menumpahkan darah.

27. Kegembiraan ibarat semburan pewangi, pabila kita memakainya semua akan dapat merasa keharumannya. Oleh itu berikanlah walau secebis kegembiraan yang anda miliki itu kepada teman anda.

28. Esok pasti ada tetapi esok belum pasti untuk kita. Beringat-ingatlah untuk menghadapi esok yang pastikan mendatang.

29. Reaksi emosi jangan dituruti kerana implikasinya tidak seperti yang diimaginasi.

30. Sahabat yang beriman ibarat mentari yang menyinar. Sahabat yang setia bagai pewangi yang mengharumkan. Sahabat sejati menjadi pendorong impian. Sahabat berhati mulia membawa kita ke jalan Allah.

31. Orang yang bahagia itu akan selalu menyediakan waktu untuk membaca kerana membaca itu sumber hikmah menyediakan waktu tertawa kerana tertawa itu muziknya jiwa, menyediakan waktu untuk berfikir kerana berfikir itu pokok kemajuan, menyediakan waktu untuk beramal kerana beramal itu pangkal kejayaan, menyediakan waktu untuk bersenda kerana bersenda itu akan membuat muda selalu dan menyediakan waktu beribadat kerana beribadat itu adalah ibu dari segala ketenangan jiwa.

32. Penglihatan itu sebagai panah iblis yang berbisa, maka siapa yang mengelakkannya kerana takut padaKu, maka Aku akan menggantikannya dengan iman yang dirasakan manisnya dalam hati…

33. “Wanita yang cantik tanpa peribadi yang mulia, umpama kaca mata yang bersinar-bersinar, tetapi tidak melihat apa-apa”

34. “Kekecewaan mengajar kita erti kehidupan. Teruskan perjuangan kita walaupun terpaksa menghadapi rintangan demi rintangan dalam hidup”

35. Tanda Orang Bijaksana Ialah Hatinya Selalu Berniat Suci; Lidahnya Selalu Basah Dengan Zikrullah; Matanya Menangis Kerana Penyesalan (Terhadap Dosa); Sabar Terhadap Perkara Yang Dihadapi Dan Mengutamakan Akhirat Berbanding Dunia.

36. Jika kejahatan di balas kejahatan, maka itu adalah dendam. Jika kebaikan dibalas kebaikan itu adalah perkara biasa. Jika kebaikan dibalas kejahatan, itu adalah zalim. Tapi jika kejahatan dibalas kebaikan, itu adalah mulia dan terpuji.”

37. “Hidup umpama aiskrim. Nikmatilah ia sebelum cair”

38. “Kata-kata itu sebenarnya tidak mempunyai makna utk menjelaskan perasaan. Manusia boleh membentuk seribu kata-kata, seribu bahasa. Tapi kata-kata bukan bukti unggulnya perasaan”

39. “Hidup tidak boleh berpandukan perasaan hati yg kadangkala boleh menjahanamkan diri sendiri. Perkara 
utama harus kita fikirkan ialah menerima sesuatu atau membuat sesuatu dgn baik berlandaskan kenyataan”

40. “Hidup adalah gabungan antara bahagia dan derita. Ia adalah menguji keteguhan iman seseorang. Malangnya bagi mereka yg hanya mengikut kehendak hati tidak sanggup menerima penderitaan.

41. Hadiah Terbaik :
Kepada kawan – Kesetiaan
Kepada musuh – Kemaafan
Kepada ketua – Khidmat
Kepada yang muda – Contoh terbaik
Kepada yang tua – Hargai budi mereka dan kesetiaan.
Kepada pasangan – Cinta dan ketaatan
Kepada manusia – Kebebasan



42. “Berfikir secara rasional tanpa dipengaruhi oleh naluri atau emosi merupakan satu cara menyelesaikan masalah yg paling berkesan”

43. “Hiduplah seperti lilin menerangi orang lain, janganlah hidup seperti duri mencucuk diri dan menyakiti orang lain.”

44. “Dunia ini ibarat pentas. Kita adalah pelakonnya. Maka berlumba-lumbalah beramal supaya hidup bahagia di dunia dan akhirat”

45. “Akal itu menteri yang menasihati, Hati itu ialah raja yang menentukan, Harta itu satu tamu yang akan berangkat, kesenangan itu satu masa yang ditinggalkan”.

46. “Selemah-lemah manusia ialah orang yg tak boleh mencari sahabat dan orang yang lebih lemah dari itu ialah orang yg mensia-siakan sahabat yg telah dicari”

47. “Cakap sahabat yg jujur lebih besar harganya daripada harta benda yg diwarisi dari nenek moyang”

48. “Ingatlah, sabar itu iman, duit bukan kawan, dunia hanya pinjaman dan mati tak ber teman..”

49. “Lidahmu adalah bentengmu, jika anda menjaganya maka ia akan menjagamu, dan jika anda membiarkannya maka ia tidak akan mempedulikanmu”

50. “Orang yg paling berkuasa adalah orang yg dapat menguasai dirinya sendiri”

51. “Seseorang menganggap sekatan sebagai batu penghalang, Sedangkan orang lain menganggapnya sebagai batu lonjatan.”

52. “Kalau kita melakukan semua yang kita upaya lakukan, sesungguhnya kita akan terkejut dengan hasilnya.”

53. “Kita selalu lupa atau jarang ingat apa yang kita miliki, tetapi kita sering kali ingat apa yang ora ng lain ada.”

54. “Apa yang diperolehi dalam hidup ini, adalah sepenuhnya daripada apa yang kita berikan padanya.”

55. “Fikirkan hal-hal yang paling hebat, Dan anda akan menjadi terhebat. Tetapkan akal pada hal tertinggi, Dan anda akan mencapai yang tertinggi.”

56. “Dunia ini tiada jaminan melainkan satu peluang..”

57. “Kehidupan kita di dunia ini tidak menjanjikan satu jaminan yang berkekalan. Apa yang ada hanyalah percubaan, cabaran dan pelbagai peluang.Jaminan yang kekal abadi hanya dapat ditemui apabila kita kembali semula ke pada Ilahi.”

58. “Rahsia kejayaan hidup adalah persediaan manusia untuk menyambut kesempatan yang menjelma..”

59. “Kekuatan tidak datang dari kemampuan fizikal,tetapi ianya datang dari semangat yang tidak pernah mengalah.”

60. “Mengetahui perkara yang betul tidak memadai dan bermakna jika tidak melakukan perkara yang betul.”

61. “Kecemerlangan adalah hasil daripada sikap yang ingin sentiasa melakukan yang terbaik.”

62. “Jadikan sebagai aturan hidup untuk melakukan yang terbaik dalam apa jua yang dilakukan, pasti akan menghasil kecemerlangan.

Friday, March 18, 2011

aku ada dimana??

Ada orang berakal, tapi tidak beriman..

Ada yang berlidah fasih, tapi berhati lalai..

Ada yang khusyuk, tapi sibuk dalam kesendirian..

Ada yang ahli ibadah, tapi mewarisi kesombongan iblis..

Ada yang ahli maksiat, tapi rendah hati bagaikan sufi..

Ada yang banyak tertawa hingga hatinya berkarat, dan..

Ada yang banyak menangis karena kufur nikmat..

Ada yang murah senyum, tapi hatinya mengumpat..

Ada yang berhati tulus, tapi wajahnya cemberut..

Ada yang berlisan bijak, tapi tak memberi teladan..

Ada pezina, yang tampil jadi figur..

Ada yang punya ilmu, tapi tidak paham..

Ada yang paham, tapi tidak menjalankan..

Ada yang pintar, tapi membodohi..

Ada yang bodoh, tapi tak tahu diri..

Ada yang beragama, tapi tidak berakhlak..

Ada yang berakhlak, tapi tidak ber-Tuhan..

Lalu, diantara semua itu.. aku ada dimana?!

(ALI BIN ABI THOLIB, rodhiyaLLohu 'anhu)

Rezeki Dari Allah


Nabi SAW mengundang para sahabat untuk menghadiri walimatul ursy yang diadakan beliau dengan seorang wanita yang menjadi istrinya. Para sahabat hadir dan begitu mereka menyaksikan tentang rupa makanan yang dijamukan oleh Rasulullah SAW, mereka tak tahan untuk tidak memperbincangkannya.
" Darimana Rasulullah SAW akan mampu memenuhi kebutuhan hidup dari para istri-istrinya? coba lihat, jamuan walimahnya saja cuma seperti itu ?"
Rasulullah SAW diam saja. Beliau bukan tidak tahu apa yang diperbincangkan oleh para sahabat saat itu. Usai menunaikan sholat, Rasulullah SAW menceritakan suatu kisah kepada para sahabat yang hadir.
" Aku ingin menceritakan suatu kisah perihal rejeki kepada kalian. Kisah ini diceritakan oleh malaikat Jibril kepadaku. Bolehkah aku meneruskan kisah ini kepada kalian ?"
Rasulullah SAW kemudian memulai kisahnya.
" Suatu ketika Nabi sulaiman a.s melakukan sholat ditepi pantai. USai sholat, beliau melihat ada seekor semut sedang berjalan di atas air sambil membawa daun hijau. Beliau yang mengerti bahasa binatang mendengar si semut memanggil-manggil si katak. Tak berapa lama kemudian, lalu seekor katak muncul. Ada apa gerangan dengan si katak itu sehingga si semut terus-menerus memanggilnya tadi ? Nabi Sulaiman menyaksikan bahwa begitu si katak muncul, katak itu langsung saja menggendong sang semut masuk ke dalam air menuju dasar laut.
Ada apa di dasar laut ? Semut itu menceritakan kepada Nabi Sulaiman a.s bahwa di sana ada berdiam seekor ulat. Sang ulat menggantungkan rejekinya kepada si semut.
" Sehari dua kali aku diantar oleh malaikat ke dasar laut untuk memberi makanan kepada ulat itu ". Demikian si semut memberikan penjelasannya kepada Nabi Sulaiman a.s. " Siapakah malaikat itu, hai semut ?" tanya Nabi Sulaiman kepada si semut dengan penuh selidik. " Si katak sendiri. MAlaikat menjelmakan dirinya menjadi katak yang kemudian mengantarkan aku menuju dasar laut ".
Setiap selesai menerima kiriman daun hijau dan melahapnya, si ulat tak lupa memanjatkan rasa syukur kepada Allah SWT, " Maha Besar Allah yang men-takdir-kan aku hidup di dasar laut ". Dalam mengakhiri ceritanya itu, Rasulullah SAW memberi pandangannya.
" Jika ulat saja yang hidupnya di dasar laut, Allah SWT masih tetap memberinya makanan, maka apakah Allah SWT tega menelantarkan umat Muhammad soal rejeki dan rakhmatnya ?"
(Dikutip dari Mutiara Hikmah 1001 kisah:1)
(SELESAI)

Monday, March 14, 2011

pengakuan Hamba (2)

“Tuhanku, aku faqir dalam kayaku; bagaimana lagi dalam faqirku!” “Tuhanku, aku bodoh dalam pengetahuanku; bagaimana lagi dalam bodohku!”

“Tuhanku, keragaman pengaturanmu dan kecepatan taqdirmu telah menghalangi para hambamu yang arif untuk merasa tenang dalam pemberian dan putus asa darimu dalam ujian.”

“Tuhanku, segala yang datang dariku sesuai dengan kehinaanku, segala yang datang darimu sesuai dengan kemuliaanmu

“Tuhanku, engkau telah menetapkan bagimu sifat kasih kepadaku sejak sebelum kelemahanku mewujud. Maka, apakah engkau akan menghalangiku dari sifatmu itu setelah kelemahanku mewujud.”

“Tuhanku, keluarkan aku dari hinanya diri! Sucikan aku dari keraguan dan syirik sebelum masuk liang kubur! Kepadamu aku meminta pertolongan.
Maka, tolonglah aku! Kepadamu aku bersandar maka jangan tinggalkan diriku! Di pintu mu aku bersimpuh maka jangan kau usir aku! Kepadamu aku meminta maka jangan kau kecewakan diriku! Serta karuniamu yang kuinginkan maka jangan kau haramkan aku darinya!”
“Tuhanku, segala kebaikan diriku adalah berkat anugerahMU, Engkau berhak memberi kepadaku. Dan segala keburukan diriku semata-mata karena keadi¬lan-MU, Engkau berhak menuntutku.” “Tuhanku, bagaimana mungkin Kaubiarkan aku mengurusi diriku sementara Engkau telah menjaminku?
Bagaimana mungkin aku akan dizalimi sementara Engkaulah penolongku? Bagaimana mungkin aku kecewa sementara Engkau mengasihiku? Inilah diriku yang mendekat kepada-Mu melalui rasa butuhku kepadaMu.


Bagaimana mungkin aku akan mendekat kepadaMu dengan sesuatu yang tidak mungkin sampai kepada-Mu?
Bagaimana aku akan mengeluhkan keadaanku kepada-Mu sementara Engkau mengetahui¬nya?
Dan bagaimana aku akan menerjemahkannya lewat kata-kata sementara semua itu berasal dal-Mu dan kembali kepada-Mu? Bagaimana mungkin aku memutuskan harapan sementara ia telah sampai kepada-Mu?
Bagaimana mungkin keadaanku tidak menjadi baik sementara ia berasal dari-Mu dan kem¬bali kepada-Mu?”
“Tuhanku, betapa Engkau sangat mengasihiku padahal aku begitu dungu. Betapa Engkau menyayangiku padahal begitu buruk perbuatanku.” “Tuhanku„ betapa Engkau sangat dekat kepada-Ku dan betapa aku sangat jauh dari-Mu.”

“Tuhanku, Engkau sangat mengasihiku. jadi, apakah yang menghijabiku dari-Mu.”

“Tuhanku„ lewat perubahan keadaan dan pergantian masa aku menyadari bahwa Engkau hendak memperkenalkan kepadaku dalam segala sesuatu sehingga aku tidak lalai dari-Mu dalam setiap waktu.

“Tuhanku, ketika dosa-dosa membuatku bisu, kemurahan-Mu membuatku kembali berbicara.
Setiap kali perangaiku membuatku putus asa, karunia-Mu membuatku kembali berharap.” “Tuhanku, siapa yang kebaikannya berupa keburukan,bagaimana lagi keburukannya? Dan siapa yang kebenarannya sekadar pengakuan, tentu pengakuannya hanya kepalsuan.”
“Tuhanku.. keputusan-Mu yang pasti berlaku dan kehendak-Mu yang tak tertolak membuat kelu mereka yang pandai bicara dan membuat ringkih mereka yang tampak berlebih.”

“Tuhanku, betapa banyak ketaatan yang kulakukan dan keadaan yang telah kuperbaiki, tiba-tiba harapanku kepadanya dihancurkan oleh keadilan-Mu. Namun„ karunia-Mu kemudian membebaskanku darinya.” 

"Tuhanku, Engkau mengetahui bahwa meskipun aku tidak terus melakukan ketaatan, namun aku tetap berniat dan mencintai ketaatan,” 


“Tuhanku„ bagaimana aku akan bertekad sementara Engkaulah yang menentukan? Tetapi, bagaimana aku tidak akan bertekad sementara Engkau yang memberi perintah?”

“Tuhanku, hilir mudikku di alam benda ini menjauhkan perjalanan. Maka, dekatkanlah aku kepada-Mu lewat pengabdian yang mengantarkanku kepada-Mu.”

“Tuhanku, bagaimana mungkin sesuatu yang bergantung kepada-Mu dijadikan petunjuk kepada-Mu? Adakah yang lebih terang dari-Mu sehingga dapat dijadikan petunjuk kepada-Mu? Kapankah Engkau tersembunyi sehingga dibutuhkan dalil yang menunjukkan keberadaan-Mu?
Dan kapankah Engkau jauh sehingga alam ini dianggap bisa mengantarkan kepada-Mu?” 

"Tuhanku, sungguh telah buta mata yang tidak mampu melihat-Mu sebagai Zat yang dekat dan mengawasi. Dan sungguh merugi hamba yang tidak menyertakan cinta kepada-Mu.“

“Tuhanku„ Engkau menyuruhku kembali ke alam ini. Maka, kembalikan aku kepadanya diiputi selubung cahaya dan petunjuk mata hati sehingga aku bisa kembali kepada-Mu dari alam ini seperti ketika aku masuk kepada-Mu darinya dengan jiwa yang terpelihara dari mencintainya dan enggan bersandar kepadanya. Engkau Mahakuasa atas segala sesuatu.

“Tuhanku„ inilah kehinaanku tampak jelas di hadapan¬Mu, Inilah diriku yang tidak tersembunyi dari-Mu.

"Kepada-Mu aku memohon untuk sampai kepada-Mu dan dengan-Mu aku meminta petunjuk menuju-Mu. Tuntunlah aku menuju-Mu lewat cahaya-Mu.
Tempatkanlah aku di hadapan-Mu lewat pengabdian yang Engkau, ajarkan kepadaku dari samudera ilmu-Mu yang terjaga! Lindungi aku dengan rahasia nama-Mu yang terpelihara!”

“Tuhanku, wujudkan aku dalam hakikat orang-orang yang dekat kepada-Mu dan masukkan aku ke jalan orang yang ditarik menuju-Mu.”

“Tuhanku, cukupkan aku dengan pengaturan-Mu, bukan pengaturanku sendiri, dengan pilihan-Mu,bukan pilihanku sendiri. Tempatkan aku di tempat yang aku merasa sangat membutuhkan-Mu..”

“Tuhanku, keluarkan aku dari hinanya diri! Sucikan aku dan keraguan dan syirik sebelum masuk liang kubur! Kepada-Mu aku meminta pertolongan. Maka, tolonglah aku! Kepada-Mu aku bersandar maka jangan tinggalkan diriku! Kepada-Mu aku mengaitkan diri maka jangan jauhkan diriku! Di pintu-Mu aku bersimpuh maka jangan Kauusir aku! Kepada-Mu aku meminta maka jangan kecewakan diriku! Serta karunia-Mu yang kuinginkan maka jangan Kau haramkan aku darinya!”

“Tuhanku, ridho-Mu sama sekali tak tergantung pada sebab dari-Mu. Maka bagaimana mungkin ridho-Mu bergantung kepada sebab dariku? Engkau mahacukup dengan zat-Mu sehingga tidak membutuhkan manfaat dari-Mu. jadi, bagaimana mungkin Engkau membu¬tuhkan sesuatu dariku?”

“Tuhanku, ketentuan dan ketetapan-Mu telah mengalahkanku. Namun hasrat terhadap ikatan syahwat telah menawanku. Karena itu, jadilah penolong yang menolongku dan menolong yang lain lewat diriku. Cukupkan aku dengan kemurahan-Mu sehingga aku tak perlu lagi meminta
Engkaulah yang menerbitkan cahaya di dalam hati para wali-Mu sehingga mereka mengenal dan mengesakan-Mu.


Engkaulah yang menghilang-kan kotoran dunia dari hati para kekasih-Mu sehingga mereka tidak mencintai selainMu dan hanya bersandar kepada-MU. Engkaulah penenteram hati mereka ketika dunia merisaukan rnereka.
Engkaulah yang memberi petunjuk kepada mereka sehingga semua tanda menjadi terang. Adakah yang tersisa bagi mereka yang kehilangan¬Mu? Adakah yang hilang dari mereka yang menemu¬kan-Mu? Sungguh malang orang yang ridho dengan selain-Mu dan sungguh rugi orang yang ingin beranjak dari-Mu.”
“Tuhanku„ bagaimana mungkin aku berharap kepada selainmu sementara Engkau tidak pernah berhenti melimpahkan kebaikan? Bagaimana mungkin aku meminta kepada selain-Mu sementara Engkau senantiasa memberi anugerah?
wahai Zat yang mencicipkan manisnya munajat kepada para kekasih-Nya sehingga mereka bersimpuh mesra di hadapan-Nya.
wahai Zat yang memakaikan baju keagungan-Nya kepada para wali-Nya sehingga mereka bangga dengan kemuliaan-Nya.
Engkau-lah Zat yang ingat sebelum mereka ingat.
Engkau yang telah berbuat baik sebelum mereka mengabdi.
Engkaulah yang dermawan, yang memberi sebelum mereka meminta.
Engkaulah maha pemberi dan kemudian Kau pinjam pemberian tali (untuk dibayar berlipat ganda).”
“Tuhanku„ panggillah diriku dengan rahmat-Mu se¬hingga aku sampai kepada-Mu. Tarik aku lewat anugerah-Mu sehingga aku mendatangi-Mu,”

“Tuhanku„ dunia telah menyeretku kepada-Mu dan pengetahuanku akan kemurahan-Mu membuatku berdiri di hada- pan-Mu.”

“Tuhanku„ bagaimana aku kecewa sementara Engkaulah harapanku? Bagaimana aku terhina sementara Engkaulah sandaranku?”

“Tuhanku„ bagaimana aku merasa mulia sementara Kaucampakkan aku dalam kehinaan? Tetapi bagaimana aku tidak merasa mulia sementara kepada-Mu Kaukaitkan diriku?”

“Tuhanku„ bagaimana aku tidak merasa fakir sementara Engkaulah yang menempatkanku dalam kefakiran? Namun, bagaimana aku merasa fakir sementara Engkau mencukupiku dengan kemurahan-Mu? Hanya Engkau, dan tiada Tuhan selain-Mu.
Engkau telah memperkenalkan diri kepada segala sesuatu sehingga tidak ada yang tidak mengenal-Mu. 
Engkau memperkenalkanku kepada segala sesuatu sehingga aku melihat-Mu dalam segala sesuatu.
Engkaulah yang tampak bagi segala sesuatu. Zat yang dengan Rahmannya-Nya bersemayam di atas Arasy sehingga Arasy lenyap dalam naungan Rahman-Nya sebagai¬mana dunia ini lenyap dalam Arasy-Nya. Kaumus¬nahkan alam dengan alam dan Kaulenyapkan dunia dengan kepungan cakrawala cahaya.
wahai Zat yang tersembunyi di balik pagar kemuliaan-Nya sehingga tidak terjangkau pandangan mata. Zat yang menjelma lewat sempurna keagungan-Nya sehingga tampak jelas keagungan-Nya. Bagaimana mungkin Engkau tersembunyi padahal Engkau Maha-tampak? Bagaimana mungkin Engkau gaib padahal Engkaulah Pengawas Yang Mahahadir?”

Kenapa Aku Diuji

Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: “Kami telah beriman”, sedang mereka tidak diuji lagi?
Dan sesungguhnya kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta.
Surah Al-Ankabut ayat 2-3
KENAPA AKU TAK DAPAT APA YG AKU IDAM-IDAMKAN?
….” Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui. -Surah Al-Baqarah ayat 216
KENAPA UJIAN SEBERAT INI?
“Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya… -“Surah Al-Baqarah ayat 286
RASA FRUSTASI?
“Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih hati, padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi (derajatnya) , jika kamu orang-orang yang beriman.” – Surah Al-Imran ayat 139
BAGAIMANA HARUS AKU MENGHADAPINYA?
“Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu dan tetaplah bersiap siaga (di perbatasan negerimu) dan bertakwalah kepada Allah, supaya kamu beruntung. “-Surah Al-Imran ayat 200
“Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu’ ”
-Surah Al-Baqarah ayat 45
APA YANG AKU DAPAT DARI SEMUA INI?
Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang mukmin diri dan harta mereka dengan memberikan surga untuk mereka. Mereka berperang pada jalan Allah; lalu mereka membunuh atau terbunuh. (Itu telah menjadi) janji yang benar dari Allah di dalam Taurat, Injil dan Al Quran. Dan siapakah yang lebih menepati janjinya (selain) daripada Allah? Maka bergembiralah dengan jual beli yang telah kamu lakukan itu, dan itulah kemenangan yang besar. (QS. At-Taubah : 111)
KEPADA SIAPA AKU BERHARAP?
…”Cukuplah Allah bagiku; tidak ada Tuhan selain Dia. Hanya kepada-Nya aku bertawakkal dan Dia adalah Tuhan yang memiliki ‘Arsy yang agung.” -Surah At-Taubah ayat 129
AKU SUDAH TAK DAPAT BERTAHAN LAGI!!!!!
“… dan jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir.” -Surah Yusuf ayat 87-

Sunday, March 13, 2011

Pengakuan Seorang Hamba



Dalam heningnya malam.. 
sebuah kilasan.. kejadian masa lalu.. terpampang.. hadir dalam angganku..
Menyentakkan hebat jiwa ini… 
Ya Allah…
Ada sebuah masa dalam hidupku
Ketika Aku sangat ingin mencintaiMU
Bersemangat lembar demi lembar dari berbagai macam buku kubaca dan pelajari
Untai demi untai kata para ustadz kuresapi
Tentang cinta para Nabi
Tentang kasih para sahabat.
Tentang mahabbah para perinduMU
Tentang kerinduan pada syuhada.
Lalu kutanamkan di jiwa…. dalam…. dalam…
Kutumbuhkan dalam mimpi-mimpi dan idealisme yang mengawang tinggiiii…. bersama awan
Tapi Ya Rabbi… kilasan lain.. segera mendera.. aku juga tersadarkan
Ada masa-masa yang penuh gejolak dan kegelisahan kembali menghadang..
selewat.. masa penuh madu.. sebelumnya..
Saat itu… aku  kembali mengambang..
Melayang layang terbawa keraguan… dan
Harapan akan kemilau dunia…
Detik, menit, jam, hari, pekan, bulan dan menjelang tahun…
Ku berada dalam ketidakpastian…
Hingga.. sebuah teguran.. menerpaku…
Membuatku tersadar akan kelalaian…
Aku kembali mencoba merangkak.. menggapai-gapai muka bumi
Memberanikan diri untuk meratap, memohon dengan penuh rasa hina dihadapanMU
Allahu Rahiim, Ilaahi Rabbii, perkenankanlah aku mencintaiMU.. semampuku..
Allahu Rahmaan, Ilaahi Rabbii, perkenankanlah aku mencintaiMU.. sebisaku
Dengan segala daya yang mampu kulakukan hanya untukMU
Ya Ilaahi
Aku memang belum sanggup mencintaiMU dengan kesabaran menanggung derita
Sebagaimana Nabi Ayyub, Nabi Musa, Nabi Isa…
Karena itu ijinkan aku memohon akan cintaMU.
Dalam keluh kesah pengaduanku padaMU
Atas derita batin dan jasadku..
Atas sakit dan ketakutanku..
Ya Rabbiii
Aku memang belum sanggup mencintaiMU seperti Abu Bakar yang menyedekahkan seluruh hartanya..
Aku juga belum sanggup menyerahkan separuh harta demi Jihad, sebagaimana yang dilakukan Umar
Dan..aku juga belum sanggup menyerahkan 1.000 ekor kuda untuk syiar DienMU, sebagaimana Ustman
Akupun hanya dapat terus menerus memohon.. kesempatan mencintaiMU, melalui seratus-dua ratus rupiah yang terulur pada tangan-tangan kecil, pada wanita-wanita tua, pada laki-laki cacat yang menadahkan tangan di sudut-sudut kota
Atau jika Engkau mau menerima.. , Aku bermohon atas keikhlasan.. yang terbawa di dalam hantaran makanan sederhana kepada handai taulan.
Ya Ilaahi,
aku memang belum sanggup mencintaiMu dengan cara khusyuknya sholat salah seorang sahabat NabiMu,.. yang dalam kekhusyukannya.. ia tak lagi merasakan panah musuh dicabut dari tubuhnya..
Aku hanya menghiba kasihMu.. dalam sholatku yang terbata-bata.. dalam ketergesaan untuk menyelesaikan kewajibanku yang lain.. Itupun.. masih saja kutimpa dengan ingatan yang melayang-layang entah kemana…
Ya Rabbii, Aku memang belum dapat beribadah seindah ibadah para sufi.. yang membaktikan hampir seluruh malamnya untuk berdua denganMU..
Ya… Aku hanya mampu mempersembahkan roka’at-rokaat singkat di sholatku..untuk mengharapkan RahmatMU.. diantara desah napas kepasrahan tidurku..
Ya Allah.. Yaa Rahmaan..
Aku belum sanggup mencintaiMU bagaikan para Al Hafidz dan Al Hafidzah.. yang melalui putaran malam dengan menyenandungkan Kalam-KalamMU..
Aku hanya mempersembahkan satu dua lembaran tilawah harian.. dan hafalan ayat yang hanya berbilang satu atau dua, dengan tundukan malu… merasa betapa tak pantasnya diri ini dihadapanMU.
Yaa Rahiim
Aku belumlah setegar Sumayah, seorang muslimah sejati yang melaksanakan  jihad kali pertama.., ia rela mengorbankan nyawanya.. dengan tusukan tombak menghujam diperutnya hingga tembus kebelakang.. hanya agar tetap dapat tegak berdiri dalam aqidahnya kepadaMU.. demi tegaknya DienMu dimuka bumi.
Aku hanya mampu berdakwah.. dalam dakwah yang seringkali tak mampu lantang… ataupun sering memilih diam karena khawatir  kehilangan duniaku..
Aku menghiba keridhoanMU.. atas cintaMu untuk upayaku yang hanya setitik… mencoba mendidik generasi baru.. generasi Qur’ani.. Walaupun.. aku sangatlah tahu, hal ini belumlah pantas.. disandingkan dengan wujud cinta Nabi Ibrahim yang sanggup dan rela tinggalkan putra bersama istrinya di padang tandus.. atau dengan kepatuhan beliau mengorbankan pemuda.. yang ia sangat cintai dan harap-harapkan dalam pengurbanan suci..
Ya Allah… Ya Rabbiii
Dengan segala apa yang baru bisa kucapai.. ijinkan airmata ini mengalir… memohon kasihMU.. memohon tatapanMU.. memohon uluran tanganMU.. memberiku kesempatan untuk tetap berdiri dan tertatih-tatih.. berusaha untuk menjadi makin baik dan bermakna dihadapanMU dari hari ke hari…
Ijinkan..Ya Allah… diakhir perjalanan hidupku nanti.. aku dapat menghadapMu dengan tanpa rasa malu.. tanpa rasa hina.. tanpa rasa tak berarti..
Ijinkan Ya Allah.. kerinduan.. akan diriMU.. yang akan membawaku melewati gerbang perpisahan dengan dunia..
Sedemikian penuh dan mendalamnya rasa itu.. sehingga… hanya kebahagiaan membuncah yang akan mengiringi langkahku menghadapMU
Ijinkan aku ya Allah… berkali-kali aku mendesahkan kata-kata itu.. bebarengan dengan mohon ampunku atas segala apa perintahMU yang belum-belum juga mampu aku lakukan.. dan laranganMu yang masih saja aku langgar..
Ya Allah…Tanpa ijinMu.. tak kan pernah ada seorang atau sesuatupun terwujud…
Dan ijinkan sekali lagi aku memohon.. untuk melengkapi perjalananku.. mencari keridhoanMU